Seperti umumnya perusahaan baru, Supercell awalnya harus berjuang dulu untuk sukses. Tahun 2011, mereka merilis game multiplayer bernama Gunshine di Facebook. Game yang dinilai bagus namun terlalu kompleks untuk user Facebook. Gunshine gagal menarik minat.
Gunshine akhirnya dimatikan dan Paananen agak pusing. "Kami memiliki tim yang sangat senior, pengalaman sudah lebih dari sepuluh tahun dan belum punya apa-apa. Situasinya menjadi sekarang atau tidak sama sekali," kenang Paananen.
Pada Januari 2012, Supercell memiliki lima game yang sedang mereka kembangkan. Tiga game dinilai kurang baik dan tak pernah diluncurkan. Dua yang diputuskan untuk dirilis adalah Clash of Clans dan Hay Day. Keduanya difokuskan untuk perangkat mobile.
Keputusan yang tepat karena smartphone sedang mendominasi dunia. Di tahun 2011, ada 472 juta smartphone terjual. Di 2014, penjualan mencapai 1,24 miliar. Sebuah potensi sangat besar bagi Supercell.
Untunglah, Hay Day dan Clash of Clans ternyata sukses luar biasa. Terutama Clash of Clans, game strategi yang bikin kecanduan. Game ini bisa dimainkan gratis untuk menjangkau sebanyak mungkin orang. Namun gamer bisa membeli fitur untuk melancarkan permainannya.
Rupanya tidak sedikit gamer rela mengeluarkan banyak uang. Menurut Supercell, ada gamer yang mau menghabiskan sampai 1.600 poundsterling tiap bulan di Clash of Clans.
Sampai saat ini, Clash of Clans konsisten menempati posisi atas aplikasi terpopuler di iOS maupun Android. Supercell pun diminati para raksasa teknologi. Sempat mayoritas sahamnya dimiliki Softbank, Supercell jadi milik raksasa teknologi China Tencent setelah dibeli senilai Rp 114 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar